Wednesday, April 27, 2016

Jangan Mencuri di Gili Trawangan, Nanti Nasibnya Seperti Dua Pemuda Ini....

Dua orang yang diduga pelaku pencurian barang milik wisatawan mancanegara di Gili Trawangan, Rabu (27/4/2016), harus menanggung malu atas perbuatannya. Keduanya masing-masing, Don asal Narmada dan Sam asal Ampenan, diduga mencuri Selasa (26/4/2016) malam. Keduanya pun diamankan oleh Security Island Gili Trawangan.

Sebagaimana diketahui, masyarakat 3 Gili menerapkan awig - awig (aturan adat) atas setiap perbuatan yang merugikan orang lain, termasuk mencuri. Sehingga pada Rabunya, keduanya
diarak oleh warga dan petugas, keliling Gili Trawangan. "Saya maling HP tamu, jangan ikuti perbuatan saya", demikian tulisan secarik kertas yang dikalungkan di dada pelaku saat diarak.

Kadus Gili Trawangan, H. Lukman, kepada wartawan mengatakan, kedua pelaku ditangkap di lokasi berbeda. Pelaku melakukan aksinya pada Selasa dini hari sekitar pukul 3:00 Wita. Don diketahui mencuri setelah korban melapor telah kehilangan. Berdasarkan bukti rekaman CCTV di hotel tempat tamu menginap, pelaku pun bisa diamankan.

Sementara Sam, diketahui mencuri barang milik tamu dengan memanfaatkan kelengahan korban. Korban dan pelaku diketahui sama-sama menikmati live music dan menikmati minuman. Saat lengah, barang korban pun dipreteli pelaku.

Dari barang bukti curiannyang diamankan, diketahui diantaranya, handphone jenis iPhone, kamera dan tas yang di dalamnya terdapat anting-anting. "Dari keterangan pelaku, keduanya merupakan pekerja free land di berbagai tempat hiburan. Sering mengalami pemecatan karena perbuatannya kerap meresahkan," sambung Lukman.

Sebagai ganjaran atas perbuatannya, pelaku tidak akan diizinkan lagi menginjakkan kaki di 3 Gili. Bahkan foto-foto pelaku akan dipajang di seluruh tempat agar diingat oleh pengusaha dan masyarakat. Apabila kelak keduanya datang lagi, otomatis akan diusir.

Sementara itu, Kapolsek Pemenang Iptu Dewa Gede Meiriawan pada saat ditemui di lokasi mengatakan, pihaknya akan menindaklanjuti kasus kedua pencuri ini. Guna proses lebih lanjut, pihaknya menunggu laporan resmi dari korban.

Sejauh ini, ujar Kapolsek, wisatawan kerap lebih memilih untuk menyelesaikan di tempat. Sebab mereka tidak ingin masa liburnya habis hanya untuk berurusan dengan kepolisian. "Wisatawan yang masa liburnya habis, maka kasus hukumnya tidak bisa kita proses. Barang bukti yang dibutuhkan untuk menindak lebih lanjut tidak diambil oleh pemiliknya," demikian Meiriawan. (ari/Suara NTB)
Share:

Tuesday, April 26, 2016

Air Terjun Tete Batu yang Mempesona

Wisatawan berpose di Tetebatu
SEBAGAI salah satu destinasi wisata, Desa Tetebatu, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) terbilang tidak pernah sepi dari kunjungan wisatawan. Termasuk saat musim yang disebut low season seperti beberapa bulan terakhir ini.

Hal ini dikemukakan Manajer Hotel Surya and Restaurant Tetebatu, Kusuma Adnan. Pelaku wisata yang sudah lama berkecimpung di dunia wisata ini menyebutkan, wisatawan Eropa Timur yang tidak  pernah berkunjung pun sudah banyak menginjakkan kakinya di Tetebatu.

‘’Sejak Euro melejit, banyak orang Eropa Timur yang datang seperti dari Republik Ceko dan Polandia,’’ ujarnya. Negara-negara yang dulu dikenal miskin kini banyak jadi wisatawan. Kalau dari Swiss, Rusia, Jerman, Austria, Jerman, Prancis dan Italia sudah cukup banyak yang datang. Dari Benua Amerika, yang ada dari Brazil dan negara-negara yang ada di Amerika Latin juga. 

Di Desa Tetebatu saat ini terdapat 13 hotel dan homestay. Seperti Surya Hotel yang baru dikelolanya ini terdiri dari 11 kamar selalu penuh.
menapaki jalan terjal menuju objek wisata air terjun Tetebatu

Hitungannya, selama satu tahun ke Desa Tetebatu saja cukup banyak wisatawan yang datang. Para pelaku wisata sudah membuat sejumlah paket wisata dengan beragam bentuk dan memancing minat wisatawan.

Selain objek wisata, ada sejumlah tawaran paket seperti melihat aktivitas bercocok tanam petani. Dari awal hingga proses panen. Ada juga aktivitas anyaman kerajinan bambu, trekking Rinjani dengan pemandangan alam menarik.  Open view yang ditawarkan di Tetebatu ini beberapa kali dilirik sebagai lokasi syuting pembuatan iklan di TV.
Seorang wisatawan yang sedang menikmati objek wisata air terjun Tetebatu

Keaslian budaya masyarakat Tetebatu juga bagian dari ramuan paket berwisata yang dibuat pelaku wisata. Intinya Tetebatu mencoba tampil beda dari objek wisata lainnya. Warga Tetabatu pun sudah siap menerima kehadiran wisatawan.

Menjadi pekerjaan rumah yang harus dijawab adalah, memancing wisatawan agar bisa lebih lama berada di Tetebatu. Selama ini rata-rata lama menginap hanya dua malam. Inginnya bisa lebih lama lagi dan menikmati keindahan alam Desa Tetebatu.

Menurutnya, ada investor lokal yang berencana akan membangun fasilitas wisata di Tetebatu. Antara lain ada fasilitas waterboom, tempat outbond dan tempat lainnyaKatanya, sudah ada lokasi dan dalam waktu dekat sudah siap memulai pembangunannya.  (Rusliadi Lotim)
Share:

Pantai Ekas, Surga Tersembunyi di Selatan Lombok Timur

Suasana Sunset di Pantai Ekas Lombok Timur
yang menawan
Destinasi wisata di Pulau Lombok, secara keseluruhan sebenarnya ‘’surga’’ bagi para wisatawan. Keindahan gili, pantai dan air terjun kini jadi incaran. Tak heran, wisatawan lokal, domestik dan mancanegara berburu tempat - tempat eksotik ini.

SALAH satu pantai yang bisa menjadi destinasi wisata pilihan adalah Pantai Ekas yang berada Desa Ekas Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Sore itu, ombak terlihat landai meski angin bertiup kencang.

Share:

Desa Wisata Perigi Lombok Timur yang Terabaikan

Panorama di Desa Perigi yang mempesona. Sayangnya,
potensi ini belum dikelola maksimal.
Kabut tebal merayap menuju dataran rendah. Awan yang bergulung-gulung menyelimuti desa dan dusun serta laut pembelah pulau Lombok dengan Sumbawa. Matahari perlahan menjauh dari muka bumi. Pemakaman kuno yang terletak di kaki Rinjani terlihat di kejauhan. Suasana bertambah dingin.

DESA Kuno Perigi benar-benar terkesan seperti gardu pandang yang menghamparkan sejuta pesona pariwisata di daerah ini. Selain menyimpan cerita kuno tentang riwayat peradaban Pulau Lombok, desa di Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur ini juga siap memanjakan pelancong dengan panorama alam yang menakjubkan.

Di desa yang sudah mekar menjadi Desa Mekar Sari, terdapat puluhan titik destinasi yang layak dikunjungi wisatawan. Sayangnya, masyarakat yang bermukim di desa setempat tak punya daya dan upaya untuk mengolah kawasan tersebut sehingga benar-benar menjadi objek pariwisata. objek pariwisata dengan pelayanan yang layak diberikan kepada para turis baik domestik maupun mancanegara.

"Kita di sini sebetulnya punya banyak potensi pariwisata yang bisa diandalkan. Sayangnya, masyarakat tidak pernah disentuh upaya pemberdayaan sehingga berkemampuan mengelola kawasan ini menjadi objek pariwisata," tutur Fauzi Ketua Pamhut KPH Rinjani Selatan, di kampungnya Dusun Blumbung Utara, Desa Mekar Sari, Kecamatan Suela, Sabtu (12/3/2016).

Fauzi menjabarkan, potensi pariwisata di tempat tersebut tidak hanya terwujud seperti pesona alam berupa pemandangan. Kehidupan sosial masyarakat serta situs-situs bersejarah juga menjadi destinasi penting untuk ditawarkan sebagai produk pada tiap-tiap pelancong yang berkunjung. Situs-situs bersejarah yang bisa dieksplorasi sebagai destinasi wisata berupa pemakaman-pemakaman kuno di wilayah setempat.
Melihat keelokan matahari terbit dari Desa kuno Prigi Suela
Lombok Timur
"Di sini ada pemakaman kuno, beberapa diantaranya ada makam Mudung Bawaq Bakang, Makam Kebaloq Berek, Batu Renteng dan lain sebagainya. Itu semua situs yang memiliki nilai historis yang tinggi. Di makam Mudung ini merupakan lokasi pemakaman Raden Sandubaya," tuturnya sembari mengarahkan telunjuknya ke hadapan batu nisan yang tinggi.

Dirinya menjabarkan, Selain Makam Mudung, makam Kebaloq Berek juga tak kalah menariknya untuk dijelajahi. Konon, makam tersebut merupakan leluhur orang Bali. hingga saat ini, makam tersebut sering dikunjungi oleh umat Hindu di masa-masa tertentu.

"Di makam Mudung ini, juga pernah datang seorang sultan dari Yogyakarta. mereka menginap selama tiga hari tiga malam. Tujuannya, katanya mau mencari satu kesatuan hubungan antara keberadaan makam tersebut dengan situs-situs bersejarah yang ada di Jogjakarta," bebernya.
Selain bukti sejarah yang bersifat otentik berupa pemakaman, di wilayah tersebut juga sempat ditemukan sebuah arca siwa berukuran mini. Penemuan itu terjadi pada era 1990-an. sekarang, arca tersebut disimpan menjadi koleksi cagar budaya di Museum Negeri NTB.

Selain pemakaman, beberapa spot wisata yang bisa ditawarkan sebagai objek wisata antara lain; Batu Petokak, Batu Bedait dan Pancor Seruni. masing-masing spot wisata di tempat itu memiliki cerita tersendiri. Salah satunya Batu Bedait. Konon, pada zaman dulu lokasi tersebut merupakan tempat pertemuan-pertemuan besar yang dilakukan oleh petinggi kerajaan.

Desa Perigi, dalam catatan tentang sejarah peradaban Lombok, disebut-sebut sebagai tempat kelahiran Raden Arya Banjar Getas. Masyarakat setempat tidak membantah informasi tersebut. Di kawasan tersebut juga masih terdepat sebuah desa yang menjadi lokasi penyimpanan arsip bersejarah berupa catatan di atas daun lontar.

Melihat potensi yang sedemikian rupa, Penjelajah Ary Garmono komunitas yang berkompetensi dalam bidang pemberdayaan masyarakat kepariwisataan mendatangi lokasi tersebut. Penduduk yang bermukim di desa setempat dikumpulkannya untuk mengikuti penataran dalam rangka membuka kesadaran mengenai sistem pengelolaan objek pariwisata. Kedatangan komunitas tersebut disambut hangat semua masyarakat yang selama ini hanya menggantungkan nasib menjadi petani. Masyarakat yang hanya mengharapkan hasil bumi dan hutan tidak mampu memperbaiki perekonomian sehingga menjadi lebih baik.

"Melihat potensinya, ini kawasan yang sangat layak dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Kesadaran tentang sistem tata kelola industri pariwisata harus ditularkan kepada penduduk setempat. Ini dalam rangka menekan angka kemiskinan bagi masyarakat yang bermukim di lereng hutan," katanya.

Masyarakat setempat betul-betul haus sentuhan dan pemberdayaan. Masyarakat membutuhkan penataran yang khusus sehingga terampil memanfaatkan lingkungan disekelilingnya yang mempesona. Desa kuno Perigi selama ini ibaratnya menjadi berlian hijau yang tersembunyi di kaki Rinjani. Potensi besar dalam sektor kepariwisataan lokasi tersebut terbuang sia-sia,  Padahal, wilayah itu menawarkan keindahan alam dari pagi sampai pagi lagi. (sahmat darmi)
Share:

Air Terjun Semporna Lombok Timur yang Tak Sempurna

Air Terjun Semporna 
Pringgasela Lotim
Kabupaten Lombok Timur (Lotim) memiliki potensi wisata alam yang sangat  beragam. Mulai dari potensi wisata alam bawah laut, pantai, air terjun hingga pegunungan. Namun sayangnya potensi wisata tersebut masih banyak yang belum tergarap dengan maksimal alias diabaikan. Salah satu potensi wisata yang tak tergarap maksimal adalah Air Terjun Semporna.

Air Terjun Semporna terletak di Desa Timba Nuh Kecamatan Pringgasela Lotim. Akses jalan menuju daerah tersebut terbilang cukup mudah baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Namun, sayangnya, infrastruktur jalan menuju lokasi air terjun cukup memprihatinkan. 

Share:

Pesta Adat Ponan Khas Kabupaten Sumbawa

‘’Sedekah orong’’ atau lebih dikenal Pesta Ponan sebagai upacara adat yang memiliki sejarah panjang, nilai religi budaya dan dibumbui aroma mitologi sosial. Erat kaitannya dengan konsepsi keyakinan mengenai kesuburan dan keberhasilan produksi pertanian.

ADAT ponan sebagai salah satu potensi wisata Sumbawa yang berbasis pertanian tentunya harus dikembangkan. Dengan segera merumuskan Desa Poto khususnya yang telah melestarikan adat ponan untuk ditetapkan sebagai desa wisata sehingga mempermudah instansi lainnya mengeroyok dengan program selaras.
Sajian masyarakat di Pesta Ponan Sumbawa

Pesta ponan sebagai agenda tahunan masyarakat tiga dusun, Poto dan Bekat (Lengas) Desa Poto dan Dusun Malili, Kecamatan Moyo Hilir, tahun ini digelar Minggu (13/3/2016) lalu, ramai dipadati ribuan pengunjung dari berbagai wilayah di Sumbawa.  Ide Lalo ko Ponan ini lahir didasari adanya kesamaan leluhur dari masyarakat, yang wajib diziarahi setiap tahun. Perjalanan hidup dan kiprah tokoh Haji Batu yang makamnya dianggap keramat terletak di puncak Bukit Ponan. Kisahnya menjelma sebagai mitos dalam masyarakat dan dikenal banyak orang.

Namun maksud sesungguhnya dari upacara adat yang dilestarikan sampai saat ini, karena para leluhur menyadari pentingnya suatu keutuhan dan keharmonisan kekeluargaan dan generasi penerus. Strategi menjaganya dengan menyelenggarakan upacara sebagai media konsolidasi konflik. Pesta ini menjadi sarana untuk berkumpul dan berdoa untuk kesuburan tanaman, minta hujan agar panen berhasil baik di sawah maupun di ladang .
Masyarakat menyusuri sawah menuju bukit Ponan

Minggu pagi, ibu-ibu membawa penganan dalam dulang yang dijunjung di atas kepala. Selanjutnya pengunjung berbondong bondong datang memenuhi pematang sawah dari semua akses masuk ke Bukit Ponan melewati areal persawahan Orong Rea. Para tamu dan warga masyarakat setempat berbaur tanpa batas. Prosesi acara Doa Tahlilan untuk keselamatan dan dilanjutkan dengan pengenalan sejarah maupun mitos dengan menceriterakan asal – usul kuburan Haji Batu. 
Kerumunan masyarakat di Pesta Adat Ponan

Setelah itu, pengunjung menyantap penganan khusus Ponan, yakni petikal, lepat, buras, dange. Makanan yang berbahan dasar beras dan dibungkus daun pisang ataupun daun kelapa. Bekas sampah makanan dibawa ke sawah dan dibuang untuk menyuburkan tanaman dan mengusir hama.

Budayawan Sumbawa yang kebetulan juga putra Poto, Ariez Sulkarnaen, menjelaskan, tradisi ini mempertahankan kearifan lokal tertata melalui mitos Haji Batu. Sebuah kepribadian nyata mempengaruhi kehidupan masyarakat. Penyelenggaraan Pesta Ponan bukan semata-mata menjalin struktur dengan prinsip vertikal melainkan juga menjalin struktur dengan prinsip horizontal. Hal itu memproses pengembangan SDM yang berjiwa sosial dengan didasari oleh hidup selaras dengan alam. Keselarasan terwujud melalui rasa saling asa, saling sadu, saling satingi, saling sakiki, saling satotang, saling beme, saling pedi dan lainnya. ‘’Jika rasa saling tersebut dijalani dengan baik, maka setiap individu dalam masyarakat akan memiliki harga diri (ila’),’’ujarnya. 

Sekretaris Lembaga Adat Tana Samawa (LATS), Syukri Rakhmat, S.Ag, lebih melihat pesta Ponan dari aspek sosial sebagai wadah memperkuat tali silatuurahim masyarakat Tana Samawa. Dilihat dari jajanan khas yang disajikan, berbungkus dedaunan ini akan terpermentasi menjadi pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi tanaman. 

Sementara Wakil Bupati Sumbawa, Drs. H. Mahmud Abdullah yang hadir di malam pentas seni dan Bukit Ponan,  menilai kekuatan nilai religi permohonan kepada Allah SWT, nilai sosial bahkan nilai gotong royong sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan dalam ritual adat ini. Selama 25 hari sejak dirinya diilantik bersama Bupati, H. M. Husni Djibril, pagelaran Adat Ponan ini adalah pagelaran budaya yang pertama dihadiri sebagai representasi dari ikhtiar bersama untuk menjaga sekaligus melestarikan budaya dan adat tau dan tana Samawa.

Saat ini, lanjut Wabup, pariwisata menjadi salah satu sektor sentral yang mampu memberi dampak multi bagi masyarakat. Pengembanganya harus diikuti sektor lainnya secara simultan dan dinamis mengikuti pola dan tuntutan sebuah khasanah pariwisata. “Saya dan kita semua yang hadir di sini sepakat bahwa suatu hari nanti adat ponan ini akan menjelma seperti bau nyale  di Lombok Tengah yang telah menjadi destinasi wisata NTB bahkan kalau bisa melebihinya. Adat ponan berbasis pertanian tentunya juga harus kita kembangkan bersama-sama, bukan hanya Dinas Pariwisata saja yang bertanggung jawab, namun juga dinas lainnya turut andil mengembangkannya. Misalnya Dinas 

Pertanian terus menerus membina masyarakat tani di wilayah ini, Dinas PU menyuplai infrastrukturnya, Dikpoperindag membina sentra-sentra ekonomi kreatif masyarakat dan sebagainya. Jika ini kita lakukan bersama, maka selanjutnya promosi dan ekpose secara masif tentu harus kita lakukan untuk mewujudkan adat ponan ini sebagai destinasi unggulan daerah, NTB bahkan nasional nantinya,”tekadnya.  

Untuk itu, H. Mo, panggilan akrab Wabup, menginstruksikan kepada Disporabudpar, Bappeda dan stakeholder lainnya agar segera merumuskan dan menyampaikan konsep penetapan Desa Poto khususnya yang telah melestarikan adat ponan atau dengan beberapa desa lainnya yang potensial pariwisatanya di Kabupaten Sumbawa untuk ditetapkan sebagai desa wisata. Sehingga akan mempermudah bagi instansi lainnya mengeroyok dengan program-program yang selaras.

Program terdekat yang bisa dilakukan, membenahi akses jalan secara permanen menuju Bukit Ponan dari ke tiga poros dusun. Merujuk pada otokritik tema Ponan tahun ini, Gerakan Ponan Bawa Batu. Setiap pengunjung membawa sekepal batu untuk kemudian diletakan diatas jalan berlumpur sepanjang menuju bukit ponan. ‘’Ini tamparan bagi Pemkab. Makanya jalan ini harus segera dibenahi,’’tukas Wabup.

Kabag Humas Setda Sumbawa, Rachman Ansori, M.Se, menambahkan, Desa Poto sangat berpotensi dijadikan sebagai desa wisata. Tinggal rumusan yang jelas dari SKPD terkait. Apalagi di Desa Poto juga memiliki kerajinan sesek (tenun tradisonal) dan sanggar seni. Bahkkan untuk tahun berikutnya, perlu digagas kegiatan seni selama seminggu menjelang Ponan di Sumbawa. Dengan membuat kompetisi seni, ekspose hasil kerajinan daerah dan lainnya yang bisa memberikan imbas secara ekonomi bagi masyarakat setempat. ‘’Inilah salah satu media membuka ruang kreativitas sekaligus membangun ekonomi kreatif di wilayah ini,’’tukasnya. 

Malam hari sebelum upacara adat digelar pertunjukkan seni sebagai rangkaian kegiatan digelar di Dusun Lengas desa Poto. Perpaduan musik, tari dan lagu daerah. Serta sejumlah atraksi, seperti toto rantokngumang, karaci dan lainnya.  Ini merupakan persembahan dan kolobarasi sanggar seni sejumlah kecamatan di Sumbawa. (arnan/indra Sumbawa)
Share:

Friday, April 22, 2016

Gubernur NTB Minta Regulasi Pariwisata Dipangkas

Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi
Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi meminta bupati/walikota di daerah ini untuk memangkas regulasi-regulasi yang dapat menghambat pengembangan sektor pariwisata. Ia mengharapkan, Pemda kabupaten/kota jangan terlalu banyak membuat regulasi yang menyulitkan tumbuhnya sektor pariwisata termasuk ekonomi kreatif termasuk di masing-masing kabupaten/kota di NTB.
“Kita Pemda, bagian kita adalah memfasilitasi. Saya minta bupati/walikota, agar untuk sektor pariwisata ini minimkanlah regulasi di tingkat kabupaten/kota,’’ harap gubernur dihadapan bupati/walikota
Share:

Kampung Sade yang Tetap Pertahankan Adat


Warga Sade saat berada di halaman rumah
berbaur dengan wisatawan. 
Sebagai upaya mendukung pelestarian adat istiadat di kampung Sade, sejak beberapa tahun yang lalu Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), telah menetapkan kampung Sade sebagai kampung adat. Dengan begitu, pemerintah daerah memberikan otoritas sendiri bagi warga kampung Sade untuk mengatur pola dan tata kehidupan sesuai adat istiadat yang ada.


“Pemerintah daerah sudah berikan otoritas warga kampung Sade,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Loteng, H.L. Putria. Termasuk dalam hal membuat buat awik-awik (peraturan) yang mengikat khusus bagi warga kampung Sade. Dengan begitu, diharapkan warga kampung Sade bisa lebih leluasa mempertahankan adat istiadatnya.

Kedepan, pemerintah daerah berkomitmen untuk terus mendukung keberadaan kampung adat Sade. Sebagai simbol dan identitas masyarakat suku sasak di Loteng. Sehingga kedepan, siapa saja yang ingin mengenal dan mengetahui seperti ada istiadat masyarakat suku sasak Loteng, terutama dalam hal bangunan bisa belajar di kampung adat Sade.

Dukungan fasilitas kedepan juga akan terus diupayakan oleh pemerintah daerah. Agar bagaimana kemudian kelestarian kampung adat Sade bisa terus bertahan dimasa-masa yang akan datang. “Sekecil apapun bentuk dukungan, akan kita berikan. Agar kampung adat Sade bisa tetap terjaga,” pungkas Putria. (munakir)
Share:

Mencari Jejak Putri Mandalika di Pantai Seger Kuta Lombok Tengah

Patung Putri Mandalika yang dibangun untuk mengenang Putri Mandalika
harus rela berkorban bagi tanah airnya
agar tidak terjadi pertumpahan darah.
Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) dikenal sebagai salah satu daerah dengan potensi pariwisata bahari terbaik di NTB. Bahkan di Indonesia. Bagaimana tidak, ada puluhan pantai dengan panorama indah yang terbentang di sepanjang sekitar 90 Km panjang garis pantai. Mulai dari Teluk Awang di ujung timur hingga Torok Aik Beleq di ujung barat.

DARI sekian banyak pantai yang ada tersebut, banyak diantaranya yang ternyata juga memiliki nilai historis tersendiri. Sebut saja Pantai Seger. Pantai yang berada di sebelah barat Pantai Kuta ini, nyatanya justru lebih dikenal karena legenda sang Putri Mandalika-nya.
Padahal, panorama alam yang disajikan pantai ini juga tidak kalah indah dari pantai-pantai lainnya.

Seperti kebanyakan pantai yang ada di Loteng, Pantai Seger juga berpasir putih dengan bulir sebesar biji merica. Bedanya, Pantai Seger tidak hanya menawarkan sensasi pemandangan alam tepi pantai. Tapi juga menawarkan pemandangan pantai dari atas bukit. Yang tentunya bisa semakin memanjakan mata bagi siapa saja yang datang berkunjung.

Di atas bukti tersebut, pengunjung bisa melepas pandangan ke segala penjuru pantai. Pilihan bukitnya pun tidak hanya satu. Tetapi ada empat bukti besar yang bisa dijadikan tempat melepas lelah. Berfoto ria aneka gaya atau berfoto selfi ala anak muda zaman sekarang, bersama dengan teman maupun keluarga. Atau mungkin untuk sekadar menikmati deburan suara ombak yang menghantam pantai.  
Bangunan yang dibangun Pemkab Lombok Tengah
yang dipergunakan saat puncak bau nyale
di Pantai Seger Lombok Tengah

Tepat di sebelah barat di tengah pantai bisa diliihat ada satu bukti kecil berdiri kokoh berhadapan langsung dengan laut lepas. Konon menurut legenda, dari atas bukti kecil itulah pada zaman dulu tepat pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Suku Sasak, Putri Mandalika menceburkan diri ke laut. Sebelum berubah menjadi cacing laut yang menyala-nyala yang oleh masyarakat Loteng bagian selatan disebut sebagai Nyale (sesuatu yang menyala)

Ke empat bukit tersebut menurut kepercayaan masyarakat sekitar juga melambangkan empat pangeran. Yang dulunya berebut cinta sang Putri Mandalika. Legenda sang putri dengan empat pangeran tersebut, lantas diabadikan oleh masyarakat bagian selatan dan pemerintah daerah setempat.  Dengan menggelar Festival Bau Nyale setiap tahunnya di lokasi yang sama.
 
Seorang wisatawan asing sedang menikmati indahnya Pantai Seger
di atas batu karang.
Untuk mencapai Pantai Seger tidaklah sulit. Ada dua alternatif jalan yang bisa digunakan. Dan, salah satu jalur yang paling dekat yakni melalui kawasan Novotel, Kuta. Namun jika melalui jalur ini, pengunjung tidak bisa membawa kendaraannya hingga pinggir pantai. Karena pengunjung sebelumnya harus melintasi delta untuk bisa sampai di jalan utama menuju kawasan pantai.
Di atas delta, pemerintah daerah setempat memang sudah membangun jembatan penghubung. Akan tetapi, jembatan tersebut hanya bisa digunakan oleh pejalan kaki saja.  Sementara jika melalui jalur yang biasa, jarak memang agak jauh. Karena harus melalui jalan memutar. Tetapi pengunjung bisa membawa kendaraan hingga bibir pantai. Melalui jalur besar di antara dua bukit besar.
Jembatan yang dibangun Pemkab Lombok Tengah untuk menuju
delta pantai agar bisa menikmati Pantai Seger dengan puas.
Bagi yang hobi mandi di laut, Pantai Seger juga termasuk pantai yang cukup aman untuk mandi. Kendati berhadapan langsung dengan laut lepas, ombak di Pantai Seger tidak begitu besar. Kecuali di tengah, ombaknya memang terbilang cukup besar.  Sehingga sangat disenangi para wisatawan mancanegara khususnya untuksurfing.

Namun semakin ke tepi, ombak sudah semakin kecil. Keberadaan bukit kecil di tengah laut, tempat sang Putri Mandalika mengakhiri hidupnya tersebut, tampaknya memberi anugerah tersendiri. Ibarat perisai, bukit kecil tersebut menjadi pelindung Pantai Seger dari sergapan ombak besar yang hampir setiap waktu datang menghantam.  (Suara NTB)
Share:

Pulau Satonda, Surga Tersembunyi di Kaki Gunung Tambora

Pintu masuk ke Pulau Satonda yang merupakan pulau
terunik di dunia
Pulau Satonda telah berubah menjadi zona pemanfaatan dari sebelumnya dilindungi. Perubahan status menjadikan pulau Satonda bisa dikelola untuk kemajuan pariwisata dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Perubahan ini juga sebagai danpak dari perubahan status gunung Tambora menjadi Taman Nasional Gunung Tambora (TNGT) tahun 2015.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dompu, Dra Hj Sri Suzana, MSI kepada Suara NTB, Mei 2015 saat dihubungi, mengatakan, pulau Satonda kini sudah bisa dimanfaatkan untuk kemajuan pariwisata pasca perubahan status dari zona perlindungan menjadi zona pemanfaatan. Sebelum perubahan status, pulau Satonda yang memiliki danau seharusnya tidak bisa dimanfaatkan termasuk untuk pemandian. “Jangankan menata di danau Satonda, mandi saja di sana sebenarnya dilarang sebelum perubahan status,” ungkapnya.
Perubahan status pulau Satonda, lanjut Hj Sri Suzana, ke depan danau Satonda bisa dikembangkan seperti untuk camping, perkemahan, pemandian, penelitian, diving, snorkeling dan bisa menggunakan kano atau perahu kecil untuk mengitari danau Satonda yang membentuk angka 8.
Danau Satonda merupakan 5 diantara danau unik dan sulit ditemukan di tempat lain di dunia. Diantaranya Danau Kakaban terletak di tengah Pulau Kakaban, Berau, Kalimantan Timur. Danau Labuan Cermin, terletak di Desa Biduk-Biduk, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Danau Kelimutu teletak di puncak Taman Nasional Kelimutu,Pulau Flores, Provinsi NTT.
Danau merah terletak di sekitar perbukitan Raje Mandare perbatasan antara Kota Pagaralam dan Kaur, Provinsi Bengkulu. Dan Danau Satonda terletak di tengah Pulau Satonda, Dompu, NTB.
Danau ini mempunyai keunikan karena kadar garam air danau ini lebih tinggi daripada kadar garam air laut.
Danau ini juga unik karena memiliki lingkungan yang menyerupai lautan purba ditandai dengan adanya stromatolit di Satonda. Stromalit merupakan bakteri yang hidup dalam lingkungan ekstrem yang muncul pada Zaman Kambrium. Danau Satonda menjadi satu-satunya tempat di bumi ini yang sempurna bagi stromatolit ini untuk berkembang pada masa ini. (nasrullah)
Share:

Emillia Contessa Dinobatkan sebagai Duta Pariwisata NTB

Emillia Contessa (jilbab biru) dinobatkan sebagai
Duta Pariwisata NTB
Ketua Panitia Ketua Dinas Pariwisata Provinsi NTB H. L. Muhammad Faozal melaporkan Acara Pesona Tambora sebagai tindak lanjut dari suksesnya Festival Tambora Menyapa Dunia pada tahun 2015 lalu.

"Alhamdulillah Kementerian Pariwisata RI mendukung penuh terselenggaranya Festival Pesona Tambora 2016 sesuai dengan direktif Presiden RI ketika hadir di Doroncanga pada tanggal 11 April 2015,” ujarnya.

Share:

Opening Ceremony Festival Pesona Tambora 2016

Wagub H. Muh. Amin memukul beduk sebagai tanda
opening ceremony Festival Pesona Tambora 2016
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat H. Muh. Amin, SH, M.Si membuka acara Opening Ceremony Festival Pesona Tambora 2016 di lapangan Bumi Gora, Sabtu (9/4/2016). Acara yang Dimeriahkan Purwacaraka Big band ini, dihadiri oleh Bupati Sumbawa H. M. Husni Jibril, B. Sc, Bupati Dompu Drs. H. Bambang M. Yasin, Wakil Bupati Bima Drs. Dahlan M. Noer, Anggota DPD RI Hj. Baiq Dyah Ratu Ganefi, Anggota DPD RI Hj. Emilia Contessa, Konsul Jenderal India R. O. Sunil Babu,
Share:

Ziarah Tambora Tampilkan 16 Seniman dari 12 Negara

16 seniman dari 12 negara berkolaborasi menyemarakkan kegiatan “Alunan Semesta 2016” yang digelar di Wisma Daerah, kabupaten Sumbawa, Sabtu (9/4/2016) malam. Kegiatan ini merupakan rentetan kegiatan ziarah Tambora tahun 2016. Kegiatan tersebut diawali dengan pemutaran film dokumenter Kesultanan Sumbawa dilanjutkan dengan kreasi dari 16 seniman.

Share:

Pembangunan KEK Mandalika Sepakat Dipercepat


Menpar Arief Yahya bersama Wagub NTB H. Muh Amin
saat rakor percepatan pembangunan Sepuluh Destinasi 
Pariwisata Prioritas di Sari Pan Pasific Jakarta
Kementerian Pariwisata  Pemerintah Provinsi NTB  dan Pemkab Lombok Tengah berkomitmen  mempercepat pembangunan destinasi pariwisata prioritas nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika pada Rapat Koordinasi Perepatan Pembangunan sepuluh Destinasi Pariwisata Prioritas di Sari Pan Pasifik, Jakarta, Rabu (13/4/2016).

Hal ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan bersama Menteri Pariwisata RI dengan Pemprov NTB oleh  Wakil Gubernur, H. Muh Amin
Share:

Pemprov NTB akan Tertibkan Jalur Kapal Cepat dari Bali di Tiga Gili

Kapal cepat dari Bali di Gili Trawangan
Pemprov NTB melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) akan melibatkan TNI Angkatan Laut (AL) untuk menertibkan penyeberangan kapal cepat dari Bali menuju Gili Trawangan. Sekitar akhir April ini, penertiban penyeberangan kapal cepat itu akan mulai dilakukan usai  gelaran Festival Pesona Tambora (FPT) 2016.

“Setelah selesai Tambora (FPT) kita fokus sama Pak Danlanal  (Komandan Pangkalan Angkatan Laut) Mataram melakukan penertiban.
Share:

Sampah Sungai, Ganggu Objek Wisata Pantai Kota Mataram

Sampah sungai Kota Mataram yang menuju pantai objek wisata

Meski telah dijaga dengan sangat ketat, kebersihan pesisir pantai di Mataram sebagai tempat rekreasi/pariwisata belum optimal. Masih banyak sampah di lautan yang hanyut, lalu berserakan di bibir pantai karena terdorong ombak.

Seperti kondisi yang terjadi di tempat rekreasi Pantai Gading, Ampenan. Kawasan pantai memang telah tertata rapi. Hanya saja, sampah - sampah yang datang dari sungai, terbawa ke laut,
Share:

Festival Pesona Tambora 2016, Upaya Menduniakan Dompu

Festival Tambora membuka nama Tambora untuk Indonesia dan dunia dengan mengenalkan banyak potensi yang dimilikinya. Setelah menjadi destinasi baru, keindahan dan keramah tamahan masyarakat dalam menyambut tamu menjadi modal kemajuan Dompu ke depan.

Share:

Bupati Dompu Komit Jaga Keaslian Savana Doro Ncanga


Bupati Dompu Bambang M. Yasin bersama Gubernur NTB
TGH. M. Zainul Majdi di rangkaian Festival Pesona
Tambora 2016
Bupati Dompu, Drs. H. Bambang M. Yasin menegaskan komitmennya dalam mengembangkan wisata alam Gunung Tambora dengan tidak membangun perhotelan. Pariwisata ini akan dikembangkan keaslian alamnya, sehingga beberapa fasilitas seperti WC dan lain tidak akan mengubah savananya.

''Insya Allah tempat ini akan tetap seperti ini. Kalau orang mau berwisata ke Gunung Tambora, jangan membayangkan akan tidur di hotel bintang 3 apalagi bintang 5.
Share:

Sertifikasi Halal, Disbudpar akan Panggil Sejumlah Manajer Hotel


Sejumlah hotel diketahui belum mendaftarkan sertifikasi halal pada Majelis Ulama Indonesia (MUI). Padahal, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) NTB telah menyediakan anggaran untuk sertifikasi halal hotel dan restoran di NTB. Untuk itu, Disbudpar NTB segera memanggil sejumlah manajer hotel di NTB.

Langkah pemanggilan sejumlah manajer hotel ini dirasa cukup efektif, sebab tidak menutup kemungkinan ada pihak hotel yang belum tahu konsep halal maupun cara mengajukan sertifikasi halal.

Share:

Definition List