Thursday, September 8, 2016

Masjid Kuno Gunung Pujut, Alternatif Wisata Religi di Lombok

Masjid Kuno Gunung Pujut Lombok Tengah

Pulau Lombok terkenal dengan sebutan ‘Pulau Seribu Masjid’ karena di setiap tempat dapat dijumpai keberadaan masjid atau musala dengan mudah. Sejarah Islam di Lombok juga terlihat dari adanya beberapa masjid kuno yang tersebar di beberapa tempat, seperti Masjid kuno Bayan di Bayan, KLU dan Masjid kuno Rambitan di Rambitan, Pujut, Lombok Tengah. Selain masjid kuno Rambitan, terdapat satu lagi masjid kuno di daerah Pujut yaitu Masjid Kuno Gunung Pujut.
Masjid yang terletak di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut ini terletak di sebuah puncak gunung dengan ketinggian ± 400 m dpl. Menurut juru pelihara masjid, Alip, masjid ini dibangun oleh Datu Pujut yang merupakan penguasa Kedatuan Pujut yang pertama kali masuk Islam di daerah tersebut. “Dulunya tempat itu merupakan pusat Kedatuan Pujut, tetapi setelah masuk Islam, Datu Pujut mengundang Wali Songo ke sini dan membuat masjid ini,” tutur Alip pada Ekbis NTB, Selasa (31/8/2016).
Untuk mencapai Masjid Kuno Gunung Pujut, pengunjung perlu mendaki Gunung Pujut sampai ke puncak di mana masjid ini berada. Setelah itu pengunjung mengikuti jalan dan puluhan anak tangga yang dibangun warga untuk mempermudah pengunjung. Area sekitar masjid masih terkesan alami dengan banyaknya pohon dan semak-semak di sepanjang jalan.
Masjid kuno Gunung Pujut ini memiliki luas 9 x 9 m dengan pelataran halaman yang cukup luas. Di pelataran ini, masih terdapat sisa-sisa peninggalan ajaran budaya Hindu dulu yang masih terawat dengan baik. “Batu-batu yang ada di situ disebut Dewa Dapur (Dewa Dapur) dan Dewa Pujut. Biasanya orang yang ada hajat suka mengikat tali pada pohon-pohon di dekatnya,” jelasnya.
Juga terdapat sebuah batu yang disebut ‘Batu Sial’ di sekitar pelataran karena tidak boleh sembarang diduduki. Di halaman masjid ini, terdapat sebuah berugak untuk istirahat pengunjung yang berada di dekat situs Dewa Pujut.
Di dalam masjid, kita dapat melihat bedug yang keadaannya rusak, karena termakan usia. Bedug yang ada sekarang merupakan bedug pengganti karena bedug yang asli sudah rusak. Juga adanya mimbar khutbah yang masih berdiri tegak. “Yang masih asli di masjid itu hanya mimbar, tiang, pintu, dan ada sedikit bagian langit-langitnya. Tapi ukuran, bentuk, dan bahan yang digunakan masih tetap sama seperti yang asli,” kata Alip. Masjid ini pertama kali dipugar tahun 1981 dan terakhir kali direnovasi tahun 2014 kemarin.

Situs Ones Naen Kengkang

Selain kita mengunjungi Masjid Kuno, kita juga dapat melihat situs peninggalan lainnya, seperti Makam Sempane dan Ones Naen Kengkang (bekas tapak kaki raksasa) yang berada di sebelah timur dan utara Gunung Pujut. Makam Sempane ini merupakan makam pemeluk agama Islam pertama di Pujut. Ada 2 makam di tempat ini, satu berada di luar tembok dan satunya lagi yang diyakini sebagai Datu Pujut berada di dalam. Di sekitar makam Datu Pujut tersebut, tumbuh 9 pohon kamboja. "Konon katanya 9 pohon ini ditanam oleh 9 Wali Songo," jelas Alip. Sayangnya, untuk situs Ones Naen Kengkang tersebut sudah hilang tertimbun pembuatan jalan, jadi kita tidak bisa melihatnya. 
Saat Ekbis NTB mengunjungi masjid ini, terdapat pengunjung yang kebetulan sedang mengunjungi. Muhrim yang datang bersama istri dan anaknya, menuturkan ia datang ke tempat ini untuk ziarah dan berdoa. “Saya datang ke sini untuk melaksanakan hajat dan melestarikan adat. Kebetulan anak saya mau disunat besok jadi ajak dia ke sini,” katanya.
Situs Ones Naen Kengkang di masjid Pujut Lombok Tengah

Masjid Kuno Gunung Pujut berjarak 35 kilometer dari Kota Mataram atau dapat ditempuh dengan waktu perjalanan 1,5 jam. Kita dapat menitipkan kendaraan di rumah juru pelihara masjid dan meminta kunci masjid karena tidak ada yang menjaga di sana. Tidak ada karcis masuk, cukup membayar seikhlasnya pada juru pelihara masjid dan disarankan membawa air sendiri jika ingin berdoa di sana. (uul Efriyanti Prayoba- Ekbis NTB)
Share:

Gubernur NTB Ingatkan HPI Tetap Profesional

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi didampingi Kepala Disbudpar NTB menerima pengurus HPI NTB

Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi berpesan kepada anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) agar senantiasa bekerja secara profesional, dengan menawarkan jasa dengan baik, memandu wisatawan dengan baik.
“HPI saya harap dapat menjadi wadah yang menaungi para pramuwisata, untuk menjadi guide yang professional. Berikan rasa nyaman lahir bathin bagi wisatawan. Jangan sampai wisatawan ada yang merasa terintimidasi dan tidak nyaman dalam berwisata. Jika rasa nyaman sudah tercipta, hampir dapat dipastikan wisatawan itu akan kembali mengunjungi daerah kita, atau paling tidak akan membawa cerita positif ke negaranya tentang NTB,” pesan gubernur saat menerima Pengurus Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) NTB, menemui Gubernur NTB di ruang kerjanya, Rabu, (7/9/2016).
Gubernur yang didampingi Kepala Biro Humas dan Protokol H. Yusron Hadi dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata L.M.Faozal menyebut pariwisata sebagai sektor utama dan prioritas, jika dilihat dari segi kemanfaatannya bagi masyarakat. “Selaku pemerintah provinsi, peran kami sebatas menyediakan sarana prasarana serta infrastruktur penunjang kepariwisataan di daerah, tapi ketika wisatawan datang, maka yang selanjutnya punya tanggung jawab adalah para pelaku pariwisata di lapangan, mulai dari pihak bandara hingga pramuwisata di tingkat teknis,” jelasnya.
Faktor kebersihan di daerah wisata juga tidak luput dari perhatian Gubernur. Untuk itu, ia sangat mendukung berbagai program yang telah dijalankan HPI, seperti bersih daerah wisata, dan berharap program tersebut terus dilanjutkan.
“Pariwisata itu adalah satu kesatuan utuh, yang butuh dukungan, sinergi dan tanggung jawab semua pihak untuk keberhasilannya, mulai dari pemerintah hingga tatanan masyarakat. Menjaga kebersihan itu benar-benar menjadi point penting bagi saya. Jangan sampai destinasi yang indah, menjadi berkurang nilai keindahannya karena dipenuhi sampah. Ini salah satu hal yang harus menjadi atensi kita bersama, tegasnya.
Namun, sebagai salah satu duta promosi, tidak dapat dipungkiri, baik atau buruknya citra daerah, salah satunya menjadi tanggung jawab teman-teman anggota HPI. Semua pihak punya kewajiban yang sama, untuk terus mempromosikann Lombok dan Sumbawa tapi tetap saja pariwisata “seeing is believing,” artinya sebaik apapun promosi yang telah dilakukan jika tidak dibarengi dengan kondisi realita di lapangan, tentu tidak akan ada gunanya. Jangan sampai kondisi itu membuat wisatawan enggan datang kembali ke lokasi wisata di NTB.
Pada kesempatan ini, Ketua HPI NTB, Ainudin melaporkan kepada Gubernur Dr.TGH.M.Zainul Majdi, mengenai berbagai kiprah yang telah ditempuh HPI sebagai bentuk dukungannya terhadap upaya mengembangkan sektor pariwisata di NTB. “Berbagai program kami jalankan, salah satunya program bersih pantai dan berbagai daerah wisata, bekerjasama dengan berbagai pemerintah kab/kota,” ungkapnya.  
Kepada Gubernur, Ainudin menyampaikan, kemajuan sektor pariwisata di NTB saat ini, menuntut peningkatan kualitas SDM pramuwisata yang ada. Saat ini jumlah keanggotaan HPI berkisar 700 orang, tersebar di seluruh wilayah kabupaten/kota se Nusa Tenggara Barat, dengan penguasaan berbagai bahasa, diantaranya China, Inggris, Arab, Jerman, Korea, Spanyol. Namun demikian jumlah dan keterampilan yang dimiliki tentu belum cukup menjadi modal untuk memberikan palayanan bagi wisatawan yang berkunjung ke NTB, terlebih dengan predikat daerah wisata halal yang disandang NTB, berdampak terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing dari timur tengah ke NTB. Diakuinya, jumlah pramuwisata yang menguasai bahasa Arab dan China hingga kini jumlahnya sangat minim.
Di samping itu, persoalan lain yang juga diungkap adalah tentang adanya pramuwisata illegal di destinasi wisata yang justru seringkali merugikan wisatawan. Untuk itu, pihaknya berharap rancangan peraturan gubernur tentang pramuwisata yang isinya mengatur tentang bagaimana tata cara menjadi pramuwisata yang beretika dan memberikan pelayanan dengan baik kepada wisatawan, bisa segera disahkan dengan harapan keberadaan aturan itu akan meminimalisir jumlah pemandu wisata illegal. (marham) 

Share:

Sunday, September 4, 2016

Hotel Arca Kembangkan Konsep Kekeluargaan

Hotel Arca Cakranegara Mataram NTB
Hotel Arca yang berada di Jalan Garuda No.4 - 5 Cakranegara Kota Mataram ini merupakan hotel yang banyak dikunjungi oleh tamu domestik maupun mancanegara. Dengan konsep kekeluargaan yang ditawarkan, menjadikan hotel ini sebagain salah satu hotel yang mengasikkan untuk dijadikan sebagai referensi menginap.
"Yang menjadikan kita berbeda dengan hotel lainnya yaitu karena saat  tamu berada di hotel itu seperti sedang berada di rumah sendiri. Kita mengedepankan konsep kekeluargaan agar tamu tidak canggung," kata Owner Hotel Arca Mataram I Gusti Bagus Hari Sudana Putra kepada Suara NTB, di Mataram, Rabu (24/8/2016).
Hotel setinggi dua lantai dengan 30 kamar ini telah berdiri sejak tahun 2000. Selama itu pihak hotel selalu mengedepankan konsep kekeluargaan terhadap setiap tamu yang datang. Apalagi harga sewa perkamar di hotel ini cukup terjangkau. Hanya dengan Rp 150 ribu para tamu sudah bisa menikmati istirahat dengan tenang.
Hotel ini dibangun di atas tanah seluas 9,3 are. Dengan puluhan tenaga kerja terlatih yang sudah mendapatkan sertifikat perhotelan membuat hotel ini selalu hangat dengan suasana kekeluargaan yang dibangunnya.
"Waktu awal berdiri kita hanya punya 18. Sekarang sudah 30 kamar sudah semakin banyak tamu yang datang menginap," kata Gus Ari.
Tamu terbanyak berasal dari Pulau Sumbawa yang disusul dengan tamu asal Pulau Jawa. Selain itu, tamu mancanegara juga banyak mengunjungi hotel ini. Misalnya tamu asal Australia, Amerika, Amerika Latin dan banyak lainnya. Sebab hotel ini memberikan pelayanan yang maksimal dengan harga yang sangat terjangkau.
"Tamu domestik lebih mendominasi. Kami berharap selalu dapat memberikan pelayanan yang baik seperti tamu itu berada di rumahnya sendiri," ungkapnya.
Dengan harga yang terjangkau. Pelayanan yang maksimal dan lokasi yang strategis berada di tengah kota menjadikan hotel ini sebagai salah satu hotel yang cocok untuk dijadikan sebagai referensi tempat menginap. (linggawuni)
Share:

Grand Madani, Hotel Syariah di Mataram

Hotel Grand Madani Mataram
Hotel Grand Madani yang berlokasi di Jalan Udayana Nomor 20 Mataram merupakan hotel syariah yang belum lama ini telah resmi dibuka. Bukan hanya itu saja, hotel bernuansa syariah ini juga memanjakan tamunya dengan kolam renang yang luas  dan beragam tipe. Pengelola hotel berikhtiar untuk menjadikan hotel ini sebagai hotel dengan klasifikasi hilal 2 pertama di NTB.
"Kita konsepnya syariah. Ini kita rencanakan menjadi hotel hilal 2. Ini merupakan hotel syariah pertama di NTB. Kami juga menyediakan sejumlah fasilitas pendukung lainnya yang sesuai dengan konsep syariah,” kata General Manager Hotel Grand Madani Windiana Putra.
Hotel empat lantai ini memiliki 58 kamar dengan tiga tipe, yaitu suite, deluxe, dan superior. Harga sewa perkamar juga beragam dan sangat terjangkau. Semua perlengkapan yang sesuai dengan konsep syariah juga telah dipersiapkan oleh hotel ini. Mulai dari desain kamar, kamar mandi serta peralatan yang disediakan.
Bukan hanya itu saja, hotel ini juga memiliki kafe yang berada di lantai tiga. Kafe Mina sangat cocok sebagai tempat untuk nongkrong dan menikmati suasana sekitar Udayana. Hotel ini juga memiliki meeting room dan ballroom dengan kapasitas seribu orang. Sehingga sangat cocok dijadikan sebagai lokasi pertemuan, wisuda maupun tempat untuk melakukan pesta.
"Kita punya ballroom juga untuk kapasitas ribuan orang. Selain itu juga ada ruang pertemuan yang bisa digunakan untuk melakukan rapat atau lainnya,” ungkapnya.
Pengunjung hotel ini juga tidak perlu khawatir akan kelengkapan beribadah sebab di setiap ruangan akan disediakan Al-Quran dan perlengkapan shalat. Ruangannya pun dilengkapi dengan petunjuk arah kiblat, sehingga memudahkan para tamu yang menginap. Bukan hanya itu saja, desain kamar mandi pun dibuar dengan konsep syariah.
Hotel ini memiliki 50 orang tenaga kerja yang dilatih secara khusus untuk melayani tamu. Sebab salah satu tujuan dibuatnya hotel ini yaitu agar dapat membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Sehingga dapat membantu pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran. (Linggawuni)
Share:

Gili Meno Punya Pantai Terindah di Indonesia

Pantai Gili Meno, Pantai Terindah di Indonesia 2016
Belum lama ini NTB mendapatkan penghargaan sebagai salah satu daerah dengan lokasi pantai paling indah di Indonesia, yaitu Gili Meno. Predikat terbaik ini diberikan oleh TripAdvisor yang menyelenggarakan penilaian terhadap sejumlah pantai yang ada di Indonesia. Bukan hanya Gili Meno, tiga pantai lainnya juga masuk dalam 10 besar pantai terindah di Indonesia. Diantaranya Pantai mawun, Pantai Tanjung Aan, dan Pantai Selong Belanak.
“Tahun ini Gili Meno dinobatkan sebagai pantai terindah di Indonesia. Tentu saja kita berharap tahun depan Gili Meno bisa mempertahankan predikat itu,” kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Lombok Utara (KLU), H. Muhadi, SH kepada Suara NTB, Senin (15/8/2016).
Pada tahun 2015, TripAdvisor mengumumkan Pantai Nusa Dua di Bali sebagai pantai terbaik di Indonesia. Namun, pada tahun ini Pantai Nusa Dua berada di peringkat ketiga dan dikalahkan oleh Gili Meno. Urutan sepuluh pantai terbaik itu diantaranya Pantai Gili Meno di Lombok Utara, Pantai Balangan di Bali, Pantai Nusa Dua di Bali, Pantai Selong Blanak di lombok Tengah, Pantai Geger di Bali, Pantai Mawun di Lombok Tengah, Pantai Jemeluk di Bali, Pantai Bingin di Bali, Pantai Tanjung Aan di lombok Tengah, dan Pantai Tanjung Tinggi di  Kepulauan Bangka Belitung.
“Sebelumnya kita juga kaget, karena kita tidak pernah tahu kapan dan bagaimana penilaian itu dilakukan. Kita juga tidak pernah melakukan persiapan apapun, alami begitu saja,” ujarnya.
Ia berharap pada tahun 2017 nanti Gili Meno kembali mendapatkan gelar sebagai pantai terindah di Inodnesia. Sebab hal itu diyakini dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Gili Meno maupun ke gili yang lain.
Masyarakat harus melihat kesempatan ini sebagai hal yang baik untuk meningkatakan perekonomiannya. Sebab jika pariwisata berkembang, maka lapangan pekerjaan akan semakin luas dan perekonomian warga bisa ditingkatkna. Meski demikian, hal yang paling utama untuk dijaga bersama adalah persoalan keamanan. Ini juga menjadi catatan semua pihak termasuk masyarakat. Sebab, pengunjung juga mempertimbangkan persoalan kemamanan pada suatu destinasi wisata.
Meskipun pantai-pantai di Indonesia gagal mendapatkan predikat pantai terbaik dunia tahun ini, namun masih ada kesmepatan agar dapat menyabet predikat itu. Apalagi di NTB terdapat banyak pantai yang indah dan baik untuk dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. (lingga)

Share:

Nikmati Kota Mataram dari Hotel Golden Palace

Kota Mataram dilihat dari Hotel Golden Palace Mataram

Hotel Golden Palace yang berada di Jalan Sriwijaya Nomor 38 Mataram ini merupakan satu-satunya hotel bintang empat di Kota Mataram. Fasilitas yang lengkap dan kenyamanan yang optimal menjadikan hotel ini menjadi salah satu hotel ternama di Kota Mataram. Selain itu masyarakat juga dapat menikmati Rooftop Garden yaitu taman yang berada di lantai 12 dan dapat menikmati sunset yang elegan. Bukan hanya itu saja, pemandangan dari lantai tertinggi hotel ini juga tidak kalah menarik. Semua pemadangan kota, gunung dan pantai dapat dinikmati secara komplit.
Di rooftop garden ada banyak promo, bisa menikmati sunset dan kita sering mengadakan nonton bersama, entah itu nonton bola maupun GP,” kata Executive Secretary and Public Relation Golden Palace Hotel Ida Ayu Nyoman Sri Utami kepada Suara NTB, di Mataram, Kamis (11/8/2016).
Hotel dengan 194 kamar ini memiliki 170 orang karyawan terlatih yang akan melayani tamu dengan maksimal. Ada lima tipe kamar yang disediakan, yaitu superior dengan luas kamar 32 meter persegi. Kemudian delux seluas 56 meter persegi, junior suite dengan luas 58 meter persegi, suite seluas 64 meter persegi dan president suite seluas 84 meter persegi. Harga sewanya pun beragam, mulai dari Rp 780 ribu hingga Rp 3 juta.
Selain itu, fasilitas lain yang disediakan hotel ini yaitu spa, kolam renang, ruang fitnes, restoran, sky lounge, dan meeting room dengan ballroom berkapasitas hingga 700 orang.  Hotel yang telah mengantongi sertifikat halal ini telah beroperasi sejak November 2014. Meskipun terbilang baru dua tahun, namun hotel ini banyak diminati oleh masyarakat. Sebab pelayanan dan fasilitas yang memuaskan menjadi prioritas pihak hotel.
Bukan hanya itu saja, di skylounge juga ada ruang karaoke yang dapat digunakan tentu saja dengan harga yang terjangkau,” kata Dayu.
Salah satu fasilitas yang saat ini banyak dibutuhkan masyarakat juga yaitu adanya wifi yang dapat diakses secara gratis. Hanya dengan Rp 155 ribu masyarakat dapat menikmati spa dengan pelayanan yang maksimal. Terdapat beberapa paket penwaran yang disediakan oleh hotel untuk menikmati spa. Bukan hanya itu saja, masyarakat juga dapat menikmati suasana berenang yang asik hanya dengan membayar Rp 50 ribu. Dan tentu saja, sudah dapat menikmati wifi yang disediakan oleh pihak hotel tanpa perlu membayar dengan biaya lebih.  (Lingga)
Share:

Mantar, Lokasi Paragliding yang Sempurna di Sumbawa Barat

Bupati KSB H. W. Musyafirin membuka Paragliding Seri III di Desa Mantar Sumbawa Barat

Paragliding Trip of Indonesia  Seri III yang diselenggarakan di Desa Mantar Kecamatan Poto Tano diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah dan sejumlah negara  dibuka Bupati Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) Dr. Ir. H. W. Musyafirin, MM, Kamis (1/9/2016).
Bupati dalam sambutannya mengatakan, sangat senang dengan dipilihnya Desa Mantar sebagai salah satu venue kegiatan paragliding seri III tahun 2016 ini. “Kami sangat berterima kasih bisa diberi kepercayaan menjadi tuan rumah kegiatan paralayang seri nasional ini,” sebutnya.
Menurutnya, kegiatan olahraga semacam ini sangat memberi manfaat positif bagi daerah. Tidak saja di sisi pengembangan olahraga bagi atlet daerah, lebih dari itu juga dapat dijadikan ajang promosi pariwisata daerah. “Kami sudah menetapkan Mantar sebagai salah satu destinasi wisata dan melalui event ini harapan kami, Mantar bisa lebih dikenal lagi ke nasional bahkan internasional,” timpalnya.
Sebagai tuan rumah, bupati berharap kepada masyarakat desa Mantar agar memberikan pelayanan terbaik tidak saja bagi para peserta tetapi juga pada para pengunjung selama kegiatan berlangsung. “Kita harus memberikan citra terbaik, bahwa Mantar selain punya keindahan alam yang sangat cantik dan masyarakatnya ramah-ramah,” ujarnya.
Desa Mantar, salah satu lokasi paragliding yang sangat bagus di Sumbawa Barat 

Bupati berjanji, ke depan Pemda KSB akan memberi dukungan penuh untuk pengembangan desa Mantar sebagai destinasi olahraga paralayang. Dalam beberapa tahun ke depan, sejumlah fasilitas yang dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan paralayang akan dilengkapi. “Terutama misalnya infrastruktur jalan, kami akan perbaiki segera. Dan harapan kami tahun depan Mantar bisa ditunjuk lagi sebagai salah satu penyelenggara event ini dan event paralayang lainnya,” cetusnya.
Dalam kesempatan itu bupati tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada para atlet yang turut ambil bagian dalam kegiatan ini.
Event Paragliding Seri III di Mantar disponsori  PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT).
Menurut Manager SR PTNNT, H. Syarafuddin Djarot, event kali ini merupakan kegiatan paralayang tingkat nasional yang pertama dilaksanakan di Mantar. Dan untuk menyukseskannya Pemda KSB dan PTNNT dan berbagai pihak lainnya turun tangan menyukseskannya. “Harapan kami pada event lain kita bisa melakukan hal yang sama, karena dampak kegiatan ini sangat positif bagi daerah terutama dalam rangka promosi wisata,” sebutnya.
Sementara itu koordinator panitia lokal Paragliding Seri III , Zaedul Bahri menyebutkan, jumlah peserta pada event ini tercatat sebanyak 150 orang. Sejumlah atlet nasional dan internasional turut ambil bagian untuk merasakan suasana terbang di udara desa Mantar. “Kegiatan ini memang sangat dinanti para atlet. Dan kami sangat senang ternyata banyak sekali peminatnya,” imbuhnya.(Heri Andi Sumbawa Barat)
Share:

Friday, September 2, 2016

Pantai Serenting Lombok Tengah yang Terlupakan

Pantai Serenting Lombok Tengah yang mempesona

Lombok Tengah memiliki puluhan pantai indah yang sudah dikenal oleh para wisatawan, baik yang sudah ramai dikunjungi maupun yang masih sepi. Salah satu pantai yang belum terlalu banyak dikenal orang adah Pantai Serenting. Pantai yang berlokasi hampir 51 km dari kota Mataram yang dapat ditempuh dengan waktu perjalanan selama 1,5 jam. Terletak sebelum pantai Seger yang sudah dikenal terlebih dahulu dan dibatasi oleh bukit yang menjadi pembatasnya, pantai ini menawarkan sejuta pemandangan.
Air laut yang biru ditambah ombak yang cukup besar, menjadikan tempat ini cocok untuk dijadikan tempat wisata keluarga atau hanya sekedar berjalan-jalan menikmati pasir putih yang membentang luas. Pantai ini juga dapat dinikmati dengan mendaki bukit Seger yang membatasinya dengan pantai Seger untuk melihat pemandangan dari atas.
Pantai Serenting Lombok Tengah

Pantai yang saat event Bau Nyale dijadikan sebagai area parkir atau tempat berkemah oleh penduduk sekitar ini, dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata Desa Kuta. “Saya sudah 16 tahun jadi pengelola pantai ini,” kata Bapak Sanah.  Pantai ini dulunya hanya terdiri dari semak belukar, tetapi mulai ada perubahan sejak tahun 2013 dengan dibangunnya berbagai macam fasilitas, seperti toilet dan mushalla.
“Dulu disini rawan kriminal dan jambret, tetapi sekarang sudah aman,” tambah Bapak Geboh, pengelola pantai Serenting.  Pak Sanah dan Pak Gebo mengatakan hari kunjungan  paling ramai yaitu hari minggu, baik dari wisatawan lokal dan mancanegara. Saat Ekbis NTB mengunjungi pantai ini, tampak beberapa bule sedang mandi di pantai atau sekedar berjemur, juga berfoto-foto ria di atas bukit.
Bagian dari Pantai Serenting Lombok Tengah

Fasilitas di pantai ini terbilang cukup bagus, karena sudah disediakan tempat untuk parkir kendaraan dan tempat berteduh yang lumayan nyaman. Juga adanya pedagang minuman dan makanan di tempat ini, walau tidak seramai di Pantai Kuta. Dengan tiket Rp 5.000, kita bisa menikmati pemandangan di pantai Serenting sepuasnya. Adanya 2 ayunan di tepi pantai menjadikan tempat ini cocok untuk dimasukkan dalam agenda wisata. (Uul Efriyanti Prayoba)


Share:

Batik Sasambo Terjebak Bahan Baku dan Minimnya Perhatian Pemerintah

Batik Sasambo Lombok Tengah

NTB tidak hanya memiliki produksi tenun tradisional, seperti tenunan khas Sukarara, Lombok Tengah, Pringgasela Lombok Timur, Kre Alang Sumbawa atau Ngoli dari Bima dan Dompu, tapi juga memiliki batik. Meski batik identik sebagai produksi dari Jawa, NTB memiliki batik Sasambo.
KATA Sasambo merupakan gabungan tiga etnis yang mendiami bumi NTB – Sasak di Lombok, Samawa di Sumbawa, termasuk  Mbojo di Bima dan Dompu. Ketiga Suku ini bersatu dalam hal kerajinan tangan tradisional dan dibuatlah batik Sasambo sebagai medianya.
Untuk motif, batik Sasambo ini mengusung adat dan budaya lokal NTB. Ada motif ”Kelotok Sapi” atau gantungan kayu kotak berbunyi yang biasa diikat di leher Sapi khas peternak Lombok, ada motif kangkung yang menggambarkan makanan khas Lombok, ada motif cabai atau Lombok, mutiara dan gerabah. Ada juga motif rumah panggung yang mewakili rumah adat di pulau Sumbawa. Kemudian motif lumbung Raja Bima, kerang, daun pepaya, daun bebele (semacam pegagan), serta tokek yang merupakan hewan keberuntungan di Lombok. Batik dari masing-masing daerah pun dapat dibedakan dari corak dan warna yang dihasilkan.
Salah satu perajin batik Sasambo yaitu Samsir, pemilik Sasambo Rembitan Sasak mengaku mulai menggeluti usaha batik sejak tahun 1991, tetapi fokus ke batik Sasambo sejak 2010. Batik Sasambo yang dibuatnya lebih banyak terinspirasi oleh kearifan lokal Sasak, seperti lumbung padi, tumbuh-tumbuhan, bunga, dan topeng Sasak. “Ada motif khas yang saya buat, tidak ada di tempat lain seperti putri nyale, kerang mutiara, kangkung, orang nyesek, dan ngerok (rumput sayur), “ tuturnya pada Ekbis NTB, Senin (22/8/2016).

Ide motif tersebut dibuatnya sendiri dan dikerjakan oleh pegawainya yang berjumlah 15 orang.  Ia menjual batik Sasambo per potongnya dari harga Rp 130 ribu – Rp 400 ribu. Pembelinya berasal dari seluruh Indonesia dan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke galerinya. “Kalau yang lokal sukanya suka motif lumbung, yang warnanya terang. Kalau wisatawan mancanegara suka motif yang antik dan warnanya kalem,” tukasnya.
Walaupun usahanya berjalan lancar, Samsir mengeluhkan daya beli konsumen yang belum stabil. Ia menambahkan dulu ada imbauan dari pemerintah daerah untuk instansi menggunakan produk lokal seperti batik Sasambo, tapi tidak berjalan semestinya.
Menurutnya, perhatian pemerintah terhadap batik Sasambo sudah ada tapi dalam bentuk bantuan alat dan magang belajar batik ke daerah lain. Tetapi ia mengeluhkan tentang tidak adanya bantuan untuk bahan baku produknya. Hal ini membuat produknya sulit untuk dijual karena bahan baku yang harus beli di luar, sehingga menyebabkan kalah saing dengan produk luar. “Bahan baku kita beli di Jawa, itu kan harus beli banyak. Belum lagi harga kargonya, biaya kirimnya. Kalau tidak di sana, paling dekat beli di Cakra, itu saja belinya dijatah karena permintaan banyak tetapi barangnya sedikit,“ keluhnya.
Ia juga terkendala dalam hal tenaga kerja, konsumen dan persaingan dengan produk sejenis dari luar. “Kalau tenaga kerja ini, kalau tidak dibentuk nanti pas ada banyak pesanan, kita keteteran. Tapi kalau pesanan sedikit, kita mau apakan mereka. Terus konsumen ini belum 100% mau menggunakan produk lokal, tidak peduli dengan income daerah jika mereka beli produk kita. Justru sukanya produk luar karena harganya lebih murah,” jelasnya.
Samsir menunjukkan salah satu kain yang dibelinya yang menjiplak motif karyanya. “Ini saya beli Rp 75 ribu di pasar. Ini batik printing yang pakai mesin. Mereka bisa cetak banyak makanya harganya murah,” jelasnya. Hal inilah yang menjadi tantangan produknya karena harus bersaing dengan produk luar yang dijual murah.
Ke depannya, ia berharap pemerintah dapat memfasilitasi untuk membuat organisasi atau koperasi atau pabrik sendiri untuk membuat dan menjual bahan baku yang dibutuhkan perajin sepertinya.
Sementara pengusaha batik sasambo lainnya, Usman Jayadi, mengatakan batik Sasambo kurang dikenal oleh masyarakat lokal sendiri. “Konsumen lebih terhipnotis dengan kain motif batik produk luar, karena harganya murah,” tukasnya. 
Ia juga menambahkan jika perhatian pemerintah yang didapatnya kurang, padahal sudah ada surat imbauan untuk menggunakan produk lokal tetapi hanya imbauan, sehingga kantor dinas masih sedikit yang memesan. “Padahal kalau ada perhatian pemerintah, dulu saya bisa dapat Rp 30 juta sebulan. Tetapi sekarang terjadi penurunan drastis penjualan,” kata Usman. Hal ini juga berdampak pada jumlah tenaga kerja yang dipekerjakannya. “Dulu tahun 2011 ada 12 orang pekerja. Tetapi sekarang hanya ada 4 orang,” jawabnya.
Sama seperti Samsir, Usman juga mempersoalkan ketiadaan bahan baku yang tidak tersedia dan harus memesan ke Pulau Jawa jika membutuhkan. Ia juga menyoal masalah sumber daya manusia yang kurang untuk membatik. Ia harus mendidiknya dulu selama 2 bulan baru tenaga kerja tersebut bisa membatik.
Harapannya ke depan, batik Sasambo dapat menjadi pakaian resmi untuk acara-acara tertentu (formal) di daerah. Juga pemerintah dapat membantu mempromosikan dan berkomitmen mengembangkan batik Sasambo.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) NTB Ir. Hj. Budi Septiani berusaha menjembatani keinginan para perajin. Meski batik Sasambo, bukan salah satu prioritas yang dikembangkan tidak berarti pihaknya tinggal diam. Pihaknya berusaha memenuhi apa yang menjadi keinginan perajin.
Sekarang ini, pihaknya lebih condong pada tenun dan songket yang sudah namanya mendunia tanpa melupakan sektor lainnya. ‘’Sedang dibuat kluster-kluster untuk pengembangan masing-masing industri,’’ jawabnya pendek. 
Share:

Menikmati Soto Madura Khas Sumbawa di Mataram

Warung Soto Madura Khas Sumbawa

Mencari sajian lezat di kota Mataram tidak pernah ada habisnya. Salah satu di antaranya adalah warung soto Madura “Samawa” yang berlokasi di jalan Caturwarga Nomor 17, Gomong, Mataram. Warung yang buka sejak Agustus 2014 ini terletak di sebuah rumah merangkap warung yang cukup luas. Tempat ini menyediakan menu soto daging sapi dan kambing khas Sumbawa.
“Bumbunya kita kirim langsung dari Sumbawa. Kan di sana terkenal sekali sotonya,” kata Yusnita, selaku pemilik warung.
Pelanggannya kebanyakan orang yang berdiam di daerah tersebut, tetapi banyak juga pegawai yang datang makan siang atau mahasiswa yang kos di daerah tersebut. “Mereka yang sudah sekali coba, biasanya datang lagi ke sini dan jadi langganan,” lanjutnya.
Soto yang disajikan oleh tempat makan ini memiliki rasa yang asam dan gurih, karena rasa jeruk nipis dan bumbu yang melimpah. Soto juga dilengkapi taburan bawang goreng dan potongan daun bawang yang menambah cita rasa. Warung ini juga tidak pelit dalam potongan daging untuk isian soto yang disajikan. “Ini jadi bagian pemasaran biar pelanggan datang kembali ke sini,” tuturnya pada Ekbis NTB, Kamis (25/8/2016).
Soto Madura Khas Sumbawa

Satu porsi soto daging sapi terdiri dari potongan daging iga dan lemak. Potongan iganya begitu empuk hingga mudah dilepaskan dari tulangnya. Terasa gurih meresap hingga ke dalam daging. Kalau mau pedas, bisa ditambahkan sambal yang tersedia di meja.
Salah satu pengunjung yang ditemui Ekbis NTB, menuturkan ia datang makan ke tempat itu karena memang suka dengan soto Sumbawa. “Airnya itu yang beda. Sotonya juga enak,” tuturnya.

Harga soto yang disediakan di tempat ini bervariasi, tergantung pilihan. Tetapi kisaran harganya mulai Rp 20 ribu – Rp 25 ribu, sedangkan harga minuman hanya Rp 5 ribu saja. Warung makan ini buka dari jam 8 pagi sampai 9 malam. Selamat mencoba! (Uul Efriyanti Prayoba )
Share:

Keindahan Tibu Ijo Gunung Sari yang Tersembunyi

Inilah air terjun Tibu Ijo yang berlokasi di Desa Kekait Gunungsari Lombok Barat. 

Pulau Lombok tidak hanya terkenal dengan wisata pantainya tetapi juga wisata alam yang indah. Salah satunya adalah Air terjun Tibu Ijo yang berada di Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat. Tempat ini cocok untuk Anda yang suka berpetualang dan memacu adrenalin. Tempat ini anda dapat menikmati pemandangan perbukitan, kebun aren, dan suasana alam yang masih alami.
Air terjun ini dinamakan Tibu Ijo, karena warna air kolam di bawah air terjun yang berwarna kehijauan. “Tibu itu artinya tempat untuk mengumpulkan air, kalau ijonya dari warna airnya. Itu sebutan orang dulu,” kata Haji Wahid, salah satu pemilik kebun di sekitar area Tibu Ijo.
Menurutnya, tempat ini mulai dikenal sejak tahun 2000-an dan dulu sempat ramai pengunjung. “Kalau sekarang yang datang, palingan yang mau datang berkemah saja. Sama yang punya kebun saja yang datang ke sini,”  tuturnya, Rabu (24/8)/2016.
Menuju ke air terjun ini, kita harus menempuh perjalanan selama ± 1 jam dengan berjalan kaki melewati perkebunan milik pemerintah yang dikelola masyarakat sekitar. Sepanjang perjalanan, kita dapat menemui beberapa pondok milik masyarakat yang berkebun di kawasan tersebut. Juga kita dapat melihat aktivitas masyarakat sekitar yang mengangkut kayu atau membuat nira dan gula merah di pondoknya.
Setibanya di air terjun, kita akan disuguhi pemandangan asri air terjun Tibo Ijo. Air terjun yang memiliki ketinggian 2 – 3 meter ini memiliki banyak kolam-kolam kecil di bawahnya Suasana yang asri dan jauh dari kebisingan kota, membuat kita betah berlama-lama menikmati pemandangan. Di bagian atas, kita akan menemui hulu sungai yang menjadi hulu air terjun ini.
“Tidak ada pengelolanya. Dulu ada yang mau kelola, tetapi tidak dikasih kades. Jadi, sekarang hanya untuk keperluan air bersih untuk masyarakat Kekait,” kata Haji Wahid. Air terjun ini, lanjutnya, juga hanya memiliki volume air yang besar saat musim hujan saja.
Jika ingin mandi di tempat ini, sebaiknya membawa kain atau sarung untuk mengganti pakaian, karena tidak adanya fasilitas di tempat ini. Jangan lupa juga membawa makanan dan minuman sendiri karena tidak adanya pedagang di sekitar air terjun.
Air Terjun Tibu Ijo berjarak sekitar 13 kilometer atau dapat ditempuh selama 20 menit perjalanan dari kota Mataram. Kita dapat menitipkan kendaraan di warung warga di sekitar jalan raya Pusuk atau di pondokan warga yang ada dengan membayar Rp 2 ribu saja untuk parkirnya. Tidak ada karcis masuk untuk masuk ke tempat wisata ini, jadi anda dapat langsung menikmati air terjun Tibu Ijo. (uul Efriyanti Ekbis NTB)
Share:

Definition List