Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi didampingi Kepala Disbudpar NTB menerima pengurus HPI NTB |
Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi berpesan
kepada anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) agar senantiasa bekerja
secara profesional, dengan menawarkan jasa dengan baik, memandu wisatawan dengan
baik.
“HPI saya harap dapat menjadi wadah
yang menaungi para pramuwisata, untuk menjadi guide yang professional. Berikan rasa nyaman lahir bathin bagi
wisatawan. Jangan sampai wisatawan ada yang merasa terintimidasi dan tidak
nyaman dalam berwisata. Jika rasa nyaman sudah tercipta, hampir dapat
dipastikan wisatawan itu akan kembali mengunjungi daerah kita, atau paling
tidak akan membawa cerita positif ke negaranya tentang NTB,” pesan gubernur saat
menerima Pengurus Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) NTB, menemui Gubernur
NTB di ruang kerjanya, Rabu, (7/9/2016).
Gubernur yang didampingi Kepala Biro
Humas dan Protokol H. Yusron Hadi dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
L.M.Faozal menyebut pariwisata sebagai sektor utama dan prioritas, jika dilihat
dari segi kemanfaatannya bagi masyarakat. “Selaku pemerintah provinsi, peran
kami sebatas menyediakan sarana prasarana serta infrastruktur penunjang
kepariwisataan di daerah, tapi ketika wisatawan datang, maka yang selanjutnya
punya tanggung jawab adalah para pelaku pariwisata di lapangan, mulai dari
pihak bandara hingga pramuwisata di tingkat teknis,” jelasnya.
Faktor kebersihan di daerah wisata juga
tidak luput dari perhatian Gubernur. Untuk itu, ia sangat mendukung berbagai
program yang telah dijalankan HPI, seperti bersih daerah wisata, dan berharap
program tersebut terus dilanjutkan.
“Pariwisata itu adalah satu kesatuan
utuh, yang butuh dukungan, sinergi dan tanggung jawab semua pihak untuk
keberhasilannya, mulai dari pemerintah hingga tatanan masyarakat. Menjaga
kebersihan itu benar-benar menjadi point penting bagi saya. Jangan sampai
destinasi yang indah, menjadi berkurang nilai keindahannya karena dipenuhi
sampah. Ini salah satu hal yang harus menjadi atensi kita bersama, tegasnya.
Namun, sebagai salah satu duta promosi,
tidak dapat dipungkiri, baik atau buruknya citra daerah, salah satunya menjadi
tanggung jawab teman-teman anggota HPI. Semua pihak punya kewajiban yang sama,
untuk terus mempromosikann Lombok dan Sumbawa tapi tetap saja pariwisata “seeing is believing,” artinya sebaik
apapun promosi yang telah dilakukan jika tidak dibarengi dengan kondisi realita
di lapangan, tentu tidak akan ada gunanya. Jangan sampai kondisi itu membuat
wisatawan enggan datang kembali ke lokasi wisata di NTB.
Pada kesempatan ini, Ketua HPI NTB,
Ainudin melaporkan kepada Gubernur Dr.TGH.M.Zainul Majdi, mengenai berbagai
kiprah yang telah ditempuh HPI sebagai bentuk dukungannya terhadap upaya
mengembangkan sektor pariwisata di NTB. “Berbagai program kami jalankan, salah
satunya program bersih pantai dan berbagai daerah wisata, bekerjasama dengan
berbagai pemerintah kab/kota,” ungkapnya.
Kepada Gubernur, Ainudin menyampaikan,
kemajuan sektor pariwisata di NTB saat ini, menuntut peningkatan kualitas SDM
pramuwisata yang ada. Saat ini jumlah keanggotaan HPI berkisar 700 orang,
tersebar di seluruh wilayah kabupaten/kota se Nusa Tenggara Barat, dengan
penguasaan berbagai bahasa, diantaranya China, Inggris, Arab, Jerman, Korea,
Spanyol. Namun demikian jumlah dan keterampilan yang dimiliki tentu belum cukup
menjadi modal untuk memberikan palayanan bagi wisatawan yang berkunjung ke NTB,
terlebih dengan predikat daerah wisata halal yang disandang NTB, berdampak
terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing dari timur tengah ke NTB.
Diakuinya, jumlah pramuwisata yang menguasai bahasa Arab dan China hingga kini jumlahnya
sangat minim.
Di samping itu, persoalan lain yang juga
diungkap adalah tentang adanya pramuwisata illegal di destinasi wisata yang
justru seringkali merugikan wisatawan. Untuk itu, pihaknya berharap rancangan
peraturan gubernur tentang pramuwisata yang isinya mengatur tentang bagaimana
tata cara menjadi pramuwisata yang beretika dan memberikan pelayanan dengan
baik kepada wisatawan, bisa segera disahkan dengan harapan keberadaan aturan
itu akan meminimalisir jumlah pemandu wisata illegal. (marham)
0 komentar:
Post a Comment