Thursday, September 8, 2016

Masjid Kuno Gunung Pujut, Alternatif Wisata Religi di Lombok

Masjid Kuno Gunung Pujut Lombok Tengah

Pulau Lombok terkenal dengan sebutan ‘Pulau Seribu Masjid’ karena di setiap tempat dapat dijumpai keberadaan masjid atau musala dengan mudah. Sejarah Islam di Lombok juga terlihat dari adanya beberapa masjid kuno yang tersebar di beberapa tempat, seperti Masjid kuno Bayan di Bayan, KLU dan Masjid kuno Rambitan di Rambitan, Pujut, Lombok Tengah. Selain masjid kuno Rambitan, terdapat satu lagi masjid kuno di daerah Pujut yaitu Masjid Kuno Gunung Pujut.
Masjid yang terletak di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut ini terletak di sebuah puncak gunung dengan ketinggian ± 400 m dpl. Menurut juru pelihara masjid, Alip, masjid ini dibangun oleh Datu Pujut yang merupakan penguasa Kedatuan Pujut yang pertama kali masuk Islam di daerah tersebut. “Dulunya tempat itu merupakan pusat Kedatuan Pujut, tetapi setelah masuk Islam, Datu Pujut mengundang Wali Songo ke sini dan membuat masjid ini,” tutur Alip pada Ekbis NTB, Selasa (31/8/2016).
Untuk mencapai Masjid Kuno Gunung Pujut, pengunjung perlu mendaki Gunung Pujut sampai ke puncak di mana masjid ini berada. Setelah itu pengunjung mengikuti jalan dan puluhan anak tangga yang dibangun warga untuk mempermudah pengunjung. Area sekitar masjid masih terkesan alami dengan banyaknya pohon dan semak-semak di sepanjang jalan.
Masjid kuno Gunung Pujut ini memiliki luas 9 x 9 m dengan pelataran halaman yang cukup luas. Di pelataran ini, masih terdapat sisa-sisa peninggalan ajaran budaya Hindu dulu yang masih terawat dengan baik. “Batu-batu yang ada di situ disebut Dewa Dapur (Dewa Dapur) dan Dewa Pujut. Biasanya orang yang ada hajat suka mengikat tali pada pohon-pohon di dekatnya,” jelasnya.
Juga terdapat sebuah batu yang disebut ‘Batu Sial’ di sekitar pelataran karena tidak boleh sembarang diduduki. Di halaman masjid ini, terdapat sebuah berugak untuk istirahat pengunjung yang berada di dekat situs Dewa Pujut.
Di dalam masjid, kita dapat melihat bedug yang keadaannya rusak, karena termakan usia. Bedug yang ada sekarang merupakan bedug pengganti karena bedug yang asli sudah rusak. Juga adanya mimbar khutbah yang masih berdiri tegak. “Yang masih asli di masjid itu hanya mimbar, tiang, pintu, dan ada sedikit bagian langit-langitnya. Tapi ukuran, bentuk, dan bahan yang digunakan masih tetap sama seperti yang asli,” kata Alip. Masjid ini pertama kali dipugar tahun 1981 dan terakhir kali direnovasi tahun 2014 kemarin.

Situs Ones Naen Kengkang

Selain kita mengunjungi Masjid Kuno, kita juga dapat melihat situs peninggalan lainnya, seperti Makam Sempane dan Ones Naen Kengkang (bekas tapak kaki raksasa) yang berada di sebelah timur dan utara Gunung Pujut. Makam Sempane ini merupakan makam pemeluk agama Islam pertama di Pujut. Ada 2 makam di tempat ini, satu berada di luar tembok dan satunya lagi yang diyakini sebagai Datu Pujut berada di dalam. Di sekitar makam Datu Pujut tersebut, tumbuh 9 pohon kamboja. "Konon katanya 9 pohon ini ditanam oleh 9 Wali Songo," jelas Alip. Sayangnya, untuk situs Ones Naen Kengkang tersebut sudah hilang tertimbun pembuatan jalan, jadi kita tidak bisa melihatnya. 
Saat Ekbis NTB mengunjungi masjid ini, terdapat pengunjung yang kebetulan sedang mengunjungi. Muhrim yang datang bersama istri dan anaknya, menuturkan ia datang ke tempat ini untuk ziarah dan berdoa. “Saya datang ke sini untuk melaksanakan hajat dan melestarikan adat. Kebetulan anak saya mau disunat besok jadi ajak dia ke sini,” katanya.
Situs Ones Naen Kengkang di masjid Pujut Lombok Tengah

Masjid Kuno Gunung Pujut berjarak 35 kilometer dari Kota Mataram atau dapat ditempuh dengan waktu perjalanan 1,5 jam. Kita dapat menitipkan kendaraan di rumah juru pelihara masjid dan meminta kunci masjid karena tidak ada yang menjaga di sana. Tidak ada karcis masuk, cukup membayar seikhlasnya pada juru pelihara masjid dan disarankan membawa air sendiri jika ingin berdoa di sana. (uul Efriyanti Prayoba- Ekbis NTB)
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Definition List