Kuliner masih belum diperhatikan. Kuliner adalah produk pariwisata yang masih terpinggirkan |
Pengurus Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI) cabang NTB
mencetuskan, kuliner khas yang menjadi bagian dari produk pariwisata di daerah
ini masih terpinggirkan. Padahal, produk makanan lokal terhadap popularitas
destinasi wisata lumayan berpengaruh.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) APJI NTB Bq. Dewi Djapa mengemukakan,
peran pemerintah dalam memberdayakan unit - unit usaha jasa boga kalangan
menengah ke bawah masih lemah. Totalitas penataan destinasi kuliner di daerah
ini tidak pernah terealisasi secara optimal. Akibatnya, dari tahun ke tahun
produk kuliner khas daerah NTB selalu mengalami ketertinggalan.
"Kita sangat menyayangkan ketika produk kuliner kita tidak ditata
dengan baik. Padahal, kalau mau berbicara pariwisata justru tidak akan pernah lepas
dari produk makanan khas," sesalnya.
Pelaku pariwisata yang juga mengelola Villa Sayang ini menjabarkan, banyak
sekali kuliner khas yang belum terangkat sebagai produk unggulan. Ia
menyarankan agar pemerintah berkonsentrasi dalam memikirkan soal ini agar
produk - produk kuliner khas dalam dikembangkan, sejalan dengan kemajuan
pariwisata.
"Semestinya, kalau memang daerah ini serius untuk hal ini paling tidak
kita memiliki lokasi yang khusus dong untuk memasarkan produk kuliner kita.
Pelaku - pelaku usaha kecil ini harus dipikirkan, jangan hanya cuma pengusaha
besar yang diurus. Saya tidak mau seperti itu," katanya.
Selama ini, pasar kuliner khas daerah dikuasai oleh pengusaha - pengusaha
kelas kakap. Pengusaha yang memiliki banyak modal menguasai pasar sehingga
pengusaha kecil tidak kebagian lahan. Padahal, produk yang ditawarkan oleh
pengusaha kecil tidak kalah menariknya dengan pengusaha besar. Hanya saja,
kelemahan mereka terletak pada persoalan tempat berjualan sehingga konsumen
merasa nyaman ketika menikmati kuliner.
"Di APJI kita memiliki program pembinaan bagi pengusaha - pengusaha
kecil. Kita mendorong agar mereka mengendepankan aspek standar higienis
makanan. Kesulitas kita hanya terletak pada persoalan kemana mendistribusikan
produk. Kalau kualitas, kami berani menjamin, baik halalnya maupun
higienisnya," kata Dewi.
Untuk itu, sudah saatnya pemerintah menyiapkan lahan khusus untuk dapat
ditempati oleh pengusaha kecil. Pengusaha yang notabene tidak mampu menyiapkan
lahan namun produk mereka lumayan berkualitas.
"Kalau ini bisa berjalan, maka inilah yang bisa kita sebut terciptanya
multiplier efect (dampak meluas, red) industri pariwisata itu. Kalau selama ini
usaha yang langgeng hanyalah milik pemodal besar, itu artinya pariwisata kita
tidak berdampak terhadap perekonomian masyarakat," tuturnya.
Beragam jenis mulai dari makanan ringan sampai kebutuhan konsumsi pokok
sehari - hari diproduksi oleh pengusaha dari kalangan masyarakat. Hanya saja,
ketika brand atau merk produknya tidak dikenal, mereka sulit memasarkan apa
yang pernah mereka kreasikan.
"Kita lupa bahwa kuliner harus dikedepankan.
Selama ini dalam aktifias - aktifitas promosi, pengusaha - pengusaha kecil
tidak pernah dilibatkan. Di daerah ini kita mempunyai produk kuliner yang sangat
beragam. Dan itu juga bisa menambah daya tarik wisata padahal," tandasnya. (SAHMAT DARMI)
0 komentar:
Post a Comment