Masjid Kuno Gunung Pujut Lombok Tengah |
Pulau
Lombok terkenal dengan sebutan ‘Pulau Seribu Masjid’ karena di setiap tempat
dapat dijumpai keberadaan masjid atau musala dengan mudah. Sejarah Islam di
Lombok juga terlihat dari adanya beberapa masjid kuno yang tersebar di beberapa
tempat, seperti Masjid kuno Bayan di Bayan, KLU dan Masjid kuno Rambitan di
Rambitan, Pujut, Lombok Tengah. Selain masjid kuno Rambitan, terdapat satu lagi
masjid kuno di daerah Pujut yaitu Masjid Kuno Gunung Pujut.
Masjid
yang terletak di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut ini terletak di sebuah puncak
gunung dengan ketinggian ± 400 m dpl. Menurut juru pelihara masjid, Alip,
masjid ini dibangun oleh Datu Pujut yang merupakan penguasa Kedatuan Pujut yang
pertama kali masuk Islam di daerah tersebut. “Dulunya tempat itu merupakan
pusat Kedatuan Pujut, tetapi setelah masuk Islam, Datu Pujut mengundang Wali
Songo ke sini dan membuat masjid ini,” tutur Alip pada Ekbis NTB, Selasa
(31/8/2016).
Untuk
mencapai Masjid Kuno Gunung Pujut, pengunjung perlu mendaki Gunung Pujut sampai
ke puncak di mana masjid ini berada. Setelah itu pengunjung mengikuti jalan dan
puluhan anak tangga yang dibangun warga untuk mempermudah pengunjung. Area
sekitar masjid masih terkesan alami dengan banyaknya pohon dan semak-semak di
sepanjang jalan.
Masjid
kuno Gunung Pujut ini memiliki luas 9 x 9 m dengan pelataran halaman yang cukup
luas. Di pelataran ini, masih terdapat sisa-sisa peninggalan ajaran budaya
Hindu dulu yang masih terawat dengan baik. “Batu-batu yang ada di situ disebut
Dewa Dapur (Dewa Dapur) dan Dewa Pujut. Biasanya orang yang ada hajat suka
mengikat tali pada pohon-pohon di dekatnya,” jelasnya.
Juga
terdapat sebuah batu yang disebut ‘Batu Sial’ di sekitar pelataran karena tidak
boleh sembarang diduduki. Di halaman masjid ini, terdapat sebuah berugak untuk
istirahat pengunjung yang berada di dekat situs Dewa Pujut.
Di dalam
masjid, kita dapat melihat bedug yang keadaannya rusak, karena termakan usia.
Bedug yang ada sekarang merupakan bedug pengganti karena bedug yang asli sudah
rusak. Juga adanya mimbar khutbah yang masih berdiri tegak. “Yang masih asli di
masjid itu hanya mimbar, tiang, pintu, dan ada sedikit bagian langit-langitnya.
Tapi ukuran, bentuk, dan bahan yang digunakan masih tetap sama seperti yang
asli,” kata Alip. Masjid ini pertama kali dipugar tahun 1981 dan terakhir kali
direnovasi tahun 2014 kemarin.
Situs Ones Naen Kengkang
Selain
kita mengunjungi Masjid Kuno, kita juga dapat melihat situs peninggalan
lainnya, seperti Makam Sempane dan Ones Naen Kengkang (bekas tapak kaki
raksasa) yang berada di sebelah timur dan utara Gunung Pujut. Makam Sempane ini
merupakan makam pemeluk agama Islam pertama di Pujut. Ada 2 makam di tempat
ini, satu berada di luar tembok dan satunya lagi yang diyakini sebagai Datu
Pujut berada di dalam. Di sekitar makam Datu Pujut tersebut, tumbuh 9 pohon
kamboja. "Konon katanya 9 pohon ini ditanam oleh 9 Wali Songo," jelas
Alip. Sayangnya, untuk situs Ones Naen Kengkang tersebut sudah hilang tertimbun
pembuatan jalan, jadi kita tidak bisa melihatnya.
Saat Ekbis
NTB mengunjungi masjid ini, terdapat pengunjung yang kebetulan sedang
mengunjungi. Muhrim yang datang bersama istri dan anaknya, menuturkan ia datang
ke tempat ini untuk ziarah dan berdoa. “Saya datang ke sini untuk melaksanakan
hajat dan melestarikan adat. Kebetulan anak saya mau disunat besok jadi ajak
dia ke sini,” katanya.
Situs Ones Naen Kengkang di masjid Pujut Lombok Tengah |